Kurikulum merupakan pijakan awal dalam melakukan program pada pendidikan. Semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan, tidak bisa melakukan kegiatan tanpa mengacu kebijakan pemerintah pusat termasuk kebijakan UNBK.
Ujian nasional merupakan salah satu hasil kebijakan dari interpretasi terhadap kurikulum pendidikan yang ada, bahkan ujian nasional diharapkan mampu merealisasikan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional. Pelaksanaan UN juga dimaksudkan dapat menjadi alat ukur terhadap kemampuan siswa, dalam menangkap atau menguasai pelajaran kurang lebih tiga tahun lamanya di sekolah.
Ujian nasional merupakan salah satu hasil kebijakan dari interpretasi terhadap kurikulum pendidikan yang ada, bahkan ujian nasional diharapkan mampu merealisasikan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional. Pelaksanaan UN juga dimaksudkan dapat menjadi alat ukur terhadap kemampuan siswa, dalam menangkap atau menguasai pelajaran kurang lebih tiga tahun lamanya di sekolah.
Lebih jauh tujuan penyelenggaraan UN merupakan amanah Undang-undang No.20 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasioanal, yang bertujuan mengukur pencapaian kompetensi lulusan pada mata pelajaran secara nasional dengan mengacu Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Tiga tahun terakhir ini, UN bukan lagi menjadi sesuatu yang diharapkan melainkan menjadi uji coba kebijakan baru pemerintah, sehingga yang menjadi kelincinya adalah siswa. Di 2015 nilai ujian nasional tidak lagi menjadi penentu kelulusan siswa, olehnya itu siswa banyak yang merasa tidak perlu belajar ekstra menghadapi UN dan hasilnya sesuai keinginan dari kebijakan itu, yakni sebagian besar siswa mendapat nilai di bawah 5,00 bahkan ada siswa yang dinyatakan lulus dengan nilai pada ijazah 2,00.
Jelas ini tidak masalah ketika ukurannya adalah kata lulus tetapi kalau ukurannya nilai, maka nilai demikian sangatlah merugikan siswa. Misalnya apa mungkin dengan nilai seperti itu dapat mendaftar TNI, Polisi, atau instansi yang mengutamakan rata-rata nilai dibanding kemampuan personal? Jawabannya tentu tidak! Meskipun masih teringat, Menteri Pendidikan, Anies Baswedan mengatakan capaian UN 2015 mengalami peningkatan sehingga memberikan apresiasi terhadap sekolah pelaksana UN tahun itu.
Integritas
Lain halnya pada UN 2016, meski sedikit dipoles dengan mengubah cara pelaksanaannya, dari menggunakan kertas atau Paper Based Test (PBT) kemudian menggunakan media komputer/online yang dikenal dengan Ujian Nasional Berbasis Komputer(UNBK) atau Computer Based Test (CBT). Beberapa manfaat UN 2016 yang telah dirumuskan pemerintah yaitu; (1) Pemetaan mutu program pendidikan dan satuan pendidikan. (2) Pertimbangan seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, dan (3) Dasar pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan untuk pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan.
Lain halnya pada UN 2016, meski sedikit dipoles dengan mengubah cara pelaksanaannya, dari menggunakan kertas atau Paper Based Test (PBT) kemudian menggunakan media komputer/online yang dikenal dengan Ujian Nasional Berbasis Komputer(UNBK) atau Computer Based Test (CBT). Beberapa manfaat UN 2016 yang telah dirumuskan pemerintah yaitu; (1) Pemetaan mutu program pendidikan dan satuan pendidikan. (2) Pertimbangan seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, dan (3) Dasar pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan untuk pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan.
UNBK 2016 oleh pemerintah disebut sebagai ujian yang berintegritas tinggi, karena dengan memperhatikan proses dan soal yang ditata rapi, nomor soal diacak sedemikian rupa sangat tidak memungkinkan terjadinya kecurangan. Seperti tersebarnya kunci jawaban, adanya contekan dari guru, terjadinya saling contek di antara siswa.
Namun lagi-lagi faktanya tidak demikian, UNBK kembali ditengarai sebagai proyek pemerintah yang perlu diuji cobakan pada siswa yang lulus di tahun ini, integritas hanya dilakukan beberapa sekolah sedangkan di sekolah lainnya tetap didapati taktik kecurangan, sehingga motto cantik “Ujian Nasional Jujur dan Berprestasi (Prestasi Ya, Jujur Harus)” sekadar isapan jempol belaka.
Proyek Tahunan
Mega proyek tahunan dalam bidang pendidikan untuk 2017 tidak lama lagi, pada tinkat SMA sederajat kurang lebih sebulan yaitu untuk tingkat SMK/MAK akan dilaksanakan terlebih dahulu pada 3-6 April 2017. Untuk SMA/MA akan dilaksanakan 10-13 April 2017.
Mega proyek tahunan dalam bidang pendidikan untuk 2017 tidak lama lagi, pada tinkat SMA sederajat kurang lebih sebulan yaitu untuk tingkat SMK/MAK akan dilaksanakan terlebih dahulu pada 3-6 April 2017. Untuk SMA/MA akan dilaksanakan 10-13 April 2017.
Namun persiapan belum juga matang baik dari pemerintah, pihak sekolah, maupun siswa itu sendiri. Bahkan siswa dipusingkan dengan beberapa aturan main baru yang harus dilaksanakan pada ujian tahun ini. Tidak cukup dangan UNBK, kemampuan siswa juga harus diukur melalui Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN).
Menurut Menteri Pendidikan, Muhadjir, moratorium UN disebabkan dampak negatif dari UN yang mereduksi hakikat pendidikan dan menyebabkan banyak pelaku pendidikan tergoda berbuat tidak jujur.
Satu hal yang juga menarik untuk dicermati pada UNBK tahun 2017 yaitu pelaksanaan try out dan simulasi yang seakan tidak ada putusnya. Hanya disayangkan dari sekian banyak simulasi dilaksanakan tidak dilengkapi pembahasan soal-soal, sehingga simulasi terkesan acara ritual yang wajib dilaksanakan tanpa ada pengaruh dari peningkatan kualitas kemampuan siswa. Jadi kesimpulannya bahwa UNBK tahun 2017 tidak menjadi solusi cerdas dalam mengukur kemampuan siswa, terlepas dari pelaksanaan yang semakin canggih, UNBK justru semakin menyulitkan siswa. Sekali lagi bahwa UN hanya merupakan mega proyek tahunan pemerintah yang objeknya adalah ratusan ribu siswa yang ada di negara tercinta kita ini. (*)
Komentar
Posting Komentar